Polres Cilacap, Jawa Tengah
Cilacap – suaraaksirakyat.com
Dua anak usia di bawah umur yang mengalami pencabulan dari predator anak menuju Polres Cilacap bersama ibunya dengan berjalan kaki. Dengan semangat setelah mengalami beban mental yang berat, baik ibu juga kedua putrinya, membawa harapan meski bagi Sang ibu bagai antara semu atau pasti, terealisasi atau tidak, mereka terus melangkah mencari keadilan. (16/5/2024).
“Bunda, Saya menuju Polres dengan anak-anak. Doa kan ya, bunda.”
Melalui selular, Ibu yang anaknya mengalami pencabulan dari predator anak tersebut menelepon memohon dukungan doa pada team awak media yang coba membantu kasusnya.
“Semoga berjalan baik ya, Bu. Berdoa pada Allah. Hati-hati. Bagaimana keadaan anak-anak, sehat?,” tanya awak media kepada Ibu kedua korban.
Video dikirimkan kepada awak media dan dalam video ditunjukan Ia dan anaknya berjalan kaki sejauh itu hanya untuk menemui satu harapan yaitu kadis putri-putrinya tertangani.
Meski sempat terjatuh bersama dari motor kemarin hari, mereka gigih melewati semua. Sambil menyusuri jalan Sang Ibu bercerita melalui selular kepada awak media.
“Kemarin jatuh semua dari motor. Zo (5) bahunya sakit. Tapi saya ingin kasus diselesaikan dengan adil. Saya jalan kaki menuju Polres dengan anak-anak. Harapan saya semua memberi keadilan yang setimpal pada para pelaku.” Ucap TW (45) Ibu kedua korban.
Semua peristiwa yang menimpa kedua anaknya tersebut menorehkan luka dalam di hati seorang ibu terhadap para pelaku yang telah menghancurkan masa depan anak-anaknya.

Hari ini Ibu dengan dua putrinya tersebut telah tiba di halaman Polres Cilacap pukul 15:35. Sementara team LBH yang akan mendampinginya bersama mereka menghadap pihak Polres terkait. Ibu dan kedua putrinya menunggu pendampingan dari LBH untuk masuk bersama menghadap pihak terkait di sana.
“Saya mau buat laporan dan visum kedua anak Saya. Semoga semua pelaku dipenjarakan. Saya tak rela anak-anak Saya mengalami ini semua.” Ujar TW (45) lugu.
Memang karena ketidaktahuan dan ketidakmengertiannya, ia bingung apa yang harus dilakukan. Sementara sejak kejadian 2019 yang menimpa putri pertamanya saat usia 2 tahun saat itu ia tak bisa terima pelaku ketika disidangkan di kantor balai desa hanya di minta untuk wajib lapor dan meminta maaf padanya. Karena saat itu putri keduanya masih bayi merah dan belum di sapih, polisi menyarankannya untuk tidak memikirkan kejadian yang menimpa putri pertamanya tersebut. Ia disarankan juga untuk fokus menyapih anaknya yang masih bayi merah. Laporannya tanpa ada keadilan bagi putri pertamanya itu yang harusnya ia terima. Sebagai seorang ibu ia bertekad memperjuangkan putrinya saat itu. Tetapi belum selesai perih hatinya terobati, saat mulai senyap kasus putri pertamanya Zi, ia menceritakan kembali mengenang apa yang menimpa Zi yang saat itu berusia 2 tahun dan kini Zo yang dua tahun kemudian mengalami hal yang sama oleh tetangga yang masih ponakannya juga, kejadian yang sama terulang pada putri keduanya. Semuanya membuat beban berat menggayut dihatinya. Semua bagai bom meledak dikepalanya. Ia akhirnya bangkit untuk meminta keadilan bagi kedua putrinya hingga detik ini.

“Tolong bantu Saya yang tak tahu harus apa. Terimakasih buat semua yang membantu Saya. Ini langkah terakhir setelah semua yang menyesakkan hati Saya ini membuat stress. Saya juga kasihan anak-anak Saya.” Kata TW (45) menutup pembicaraan.
Pewarta : DG